For best experience in desktop, zoom out the page ([CTRL + -] to 90%)

Sabtu, 16 Januari 2010

Januari kelabu

Januari... bulan di penghabisan 1 dekade
Januari... seharusnya semangat baru
Januari... seharusnya penuh warna warni ceria, warna baru dalam hidup gua

kenyataan:
Januari... selangkah lebih dekat sama 2012 (sowhat?)
Januari... dipenuhi pengayaan
Januari... KELABU

semenjak januari, gajarang gua liat anak-anak pada dateng pake jaket. anginnya berhembus menusuk tulang sumsum (?), mendungnya kebangetan. mending kalo mendungnya cuma sehari, inilah mendungnya setiap hari

tiap bangun pagi, biasanya, di musim kemarau, gua bakal ngipas ngipas kepanasan, rambut juga bakal gua kuncir terus, sekalipun pendek juga. dan sekarang, gua cuma bisa bergelung malas bak kucing di atas tempat tidur, kalo ada pulsa, bangun tidur bukannya langsung mandi malah online twitter dulu
dan bisa gua liat update-an anak-anak
"dingggiiiiinn~~ brrrr"
"suhu 23 derajat celcius men! dingwwwiiiiinn~"
"airnya dinginnnn brrrr"

timeline dipenuhi kata-kata: "dingin" "brrr" bahkan sekalinya yang beda cuma "aku kangeeen deh sama dia"

dan itulah, saat omelan nyokap mulai membuat kuping panas, gua beru ngambil anduk terus mandi deh. dan mandi juga, dengan ogah ogahan karna sumpah airnya dingin banget, serasa mandi di kali pagi pagi buta, brrrr~

dan herannya, walau dingin, gua paling males bawa jaket (?) gatau ngapa ribet aja hehehe

pastinya hawa dingin bikin sejuta umat males, ngantuk, bawaannya kayak mau hibernasi (?) jadi pas guru pengayaan lagi ngoceh sementara gua ngantuk, gua nulis puisi gini nih:

perhatian: puisi ini agak sedikit ngaco, maklum gua agak ngantuk bikinnya

aku menjalani hidup dengan lamban bak kura-kura
hidupku adalah napasku
teratur, kapan ia kembang, kapan ia kempis
berjalan perlahan tanpa niat
menggusur kehangatan dengan dingin yang meresap
berpakaian sama, selalu
dan kemudia dengan terburu mengikuti ritme waktu
setitik susu dan segigit roti cukup
menyusuri pagi yang tak ramah
dingin
aku ingin pulang
seketika aku duduk di tengah hiruk pikuk
terpaku lelah menatap, mendengar, mengingat
ketika kantuk itu menyerang
aku tahu inginku terlelap
namun apa daya
terlelap hari ini
terlelap pula esok, dan kemudian, dan hari seterusnya
dan lalu dering itu datang
semarakkan telinga mengobar semangat
semuanya gencar tertawa
tawa adalah nadiku
hai januari kelabu
dinginmu menusuk ragaku
namun tidak hentikan langkahku
-Januari kelabu

heroik abis puisinya.
maklum buatnya agak ngantuk


Tidak ada komentar:

Posting Komentar