It's kind of
surprising that I can touch this and typing a post now, because (just for
today) I'm out of duty.
I think it's a kind
of weird, you're having a holiday in the middle of the exams week... It feels
like having a cup of coffe in the middle of Storm Sandy.
Ya, 85 memang
terlalu unik untuk dijabarkan. Just so you know, ketika sekolah lain pulang
cepet serempak, 85 tetep pulang jam 3 kurang. Ketika sekolah lain libur, 85
tetep masuk seperti biasa. And now guess what, sekolah lain udah selesai
ulangan umum, dan 85 baru mulai umum, plus ada libur di tengahnya! What an
uniqueness.
Okay, cukup
ngomongin 85-nya sebelum blog ini diboikot pihak sekolah.
Belakangan ini, life
seems quite pretty. It's like a quiet lake full of daffodil around it. Yes, as
I said before, quite pretty. My scores are not much pretty, actually (SMA yang
full remedial), but I don't know why everything still seems smooth for me.
It's like I'm
resting in the middle of the war, ain't I?
Di kelas 3 ini, I
know competition is in everyone's blood. People try to show their best, try
their hardest, or even cheat their craziest. I've seen much people struggling,
stabbing some people on their back, and end up betraying much people. Am I
over-reacting or are there much people seeking for attention and stabbing one
another on their back?
This, is no offense.
If someone reads this and feels that I talk about the way she/he is, please
make a correction of yourself, and if not, can you agree that we're talking
about something that exists?
Di tengah-tengah
perang yang bak gerakan bawah tanah ini --- gaterlihat, namun terasa, I want to
tell you that happiness is a simple thing. Bahagia itu sederhana.
Definisi bahagia
menurut gua adalah bisa merasa tersenyum sekaligus merasa plong, plus dapat
menikmati sesuatu bersama orang-orang yang ingin gua bagi kenikmatan itu. Ya,
you know, when it's not so hard to be sad, it's not also hard to find
happiness.
Bahagia itu adalah
menyadari bahwa malam ini gaada PR fisika atau PR lainnya yang memberatkan.
Bahagia itu adalah
menyadari bahwa hari ini gaada banyak pelajaran eksak.
Bahagia itu adalah
menyadari bahwa guru A atau guru B gamasuk.
Bahagia itu adalah
pulang cepet.
Bahagia itu adalah
di sekolah, tapi gabelajar.
.
.
.
.
.
.
.
.
Lol. Itu kebahagian
khas pelajar. Dan sebelum ketauan pihak sekolah, mending gua skip ke
kebahagiaan, the real thing.
Bahagia itu adalah
ketika gua mendaki ke kelas gua di lantai 4 sambil bercucuran keringet, dan
sampe sana, gua liat matahari bersinar temaram dan jauh di sana ada siluet
gunung yang sedikit ditutupin kabut (... Entah kabut atau asep, sebenernya).
Bahagia itu adalah
ketawa ngakak saat gaada guru sama temen-temen yang bisa diajak ngelucu dan
ketawa ngikik ditahan-tahan saat ada guru.
Bahagia itu adalah
bikin singkatan-singkatan di binder saat guru nerangin dan tingkat jenuh udah
sampe tingkat siaga 1.
Bahagia itu adalah
ngeliat skyline Jakarta Barat saat pelajaran kosong. Gedung-gedung Saint
Moritz, apartemen Pesanggrahan atau Kedoya, genteng Puri Indah Mall, IPEKA, dan
gedung walikota Jakarta Barat, ditambah intercon. Dari depan kelas, membentang
skyline La Belleza dan gedung-gedung lain yang masuk area Selatan.
Mengamati semua dari
ketinggian membuat gua merasa besar, merasa sedikit lebih dari gua yang
biasanya merunduk dan merasa rendah, ngeliat orang-orang di sekitar gua
berusaha mati-matian sementara untuk ngegebrak otak sendiri gua juga gatega.
Bahagia itu adalah
men-dubbing suara orang-orang yang lalu lalang di jalan intercon.
Bahagia itu adalah
ngeliat bunga-bunga kuning di pohon Intercon yang satu-satu gugur ditiup angin,
menandakan musim yang mulai ganti dari kemarau ke hujan, dan menyadari seiring
bunga-bunga itu tumbuh, berkembang, layu, dan gugur, semakin tipis juga waktu
gua untuk menikmati bunga-bunga itu dari lantai 4.
Bahagia itu ngeliat
langit luas dan pesawat. Membuat diri merasa sangat terbatas, dan kecil.
Karena sky is always be the limit. Ngeliat langit membuat gua merasa bingung
dan lost, tapi tenang, memikirkan masa depan gua yang entah bagaimana rupanya,
dan memikirkan betapa hebatnya semua orang di lantai 3 dan 4 ini --- berjuang
untuk masa depan, sesuatu yang bentuknya masih misterius dan gabisa ditelaah
oleh kita-kita, manusia muda yang masih harus banyak belajar.
Bahagia itu ngeliat
bahwa orang yang selama ini bersama gua, masih rela dan masih tersenyum
ngurusin gua yang bener-bener ngerepotin dan kadang ngeseling di waktu-waktu
stressing. Bahwa dia masih rela meluangkan waktunya yang makin padet hanya
untuk makan sop ayam sama gua. Bahwa dia masih rela bawa banyak jas hujan untuk
memerangi hujan yang datengnya ga tentu sama gua. Bahwa dia masih rela telfonan
sama gua walaupun guanya ketiduran terus dan balik manyun sama dia padahal gua yang rese.
Even
the simplest thing you do is a total sweet, bro.
Bahagia itu duduk di
kursi puskesmas di depan kelas sambil rumpi-rumpi tanpa memikirkan hal-hal yang
memberatkan, atau tiduran di atasnya sambil ngerasain angin yang lumayan
kenceng meniup-niup badan.
Bahagia itu
berkumpul bersama dengan orang-orang baik yang tahu cara berkumpul yang asik.
Bahagia itu
menyadari bahwa masih banyak orang yang peduli soal gua dan berbaik hati
membantu.
Bahagia itu bisa
menempatkan musik yang tepat saat momen yang tepat.
Bahagia itu...
Sederhana.
Bahagia itu, memakai
headset, merenung sambil berdiri ngeliat langit dan skyline Jakarta dan
membiarkan semuanya mengalir sama seperti lagu yang mengalun.
"...
Seribu asa hadir di sekelilingku
Bangkitkan
gairah hidup
Sejuta
harapan di dalam jiwaku
Walau
semua masih di dalam angan
Jurang
curam menghadangku, getarkan jiwa
Dan
pekatnya kegelapan datang melanda
Keraguan
kini menjelma di dada, musnahkan segala asa
Semua
harapan yang dulu pernah ada tiada tersisa
Haruskah
ku hidup dalam angan-angan,
Merengkuh
ribuan impian?
Haruskah
ku lari dan terus berlari,
Mengejar
bayang-bayang ilusi?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar