For best experience in desktop, zoom out the page ([CTRL + -] to 90%)

Jumat, 01 September 2017

Fun anatomy (once) not a myth: Human Body on SDC Serpong!

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh!

Halo semuanya, I hope you are in your kind of best evening, in the best state of mind.

I am back in such a short time --
well two posts in less then a month? I must be in some enlightenment
or in a such a mood

Some enlightenment or in such a mood. Courtesy: Google.
Thank you anyone for creating this awesome gif!

.
.
.
or maybe I am just realized about how writing could relief my heavy thoughts of this unfinished, damn research.

*marah di intro*
*draft penelitian abis diacak-acak*
*deadline mendekat*
*jumlah responden wawancara masih jauh dari target*

Courtesy: Google.
Thank you anyone for creating this awesome gif!


Well, let alone that I am doomed, I just want to go straight to the core of this post's existence.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jadi, beberapa hari yang lalu, ketika sore belum sering berhujan dan traffic BSD masih baik-baik saja sebelum Gaikindo menyerang, gue dan beberapa teman gue yang (alhamdulillah) sedang mengalami kelenggangan jadwal ko-as memutuskan untuk menyambung tali silaturahmi dengan bersama-sama mengunjungi sebuah wahana pengenalan organ tubuh manusia yang dinamakan Human Body, di Summarecon Digital Center.

Sebenarnya, cukup menggelikan juga kalo menyadari kita bakal ketemuan di wahana anatomi karena untuk gue dan teman-teman gue yang notabene adalah ko-as yang tentunya pernah menjadi mahasiswa, anatomi adalah suatu subjek yang njelimet, penuh nama-nama yang unfimiliar, penuh dengan menghafal karena memahami saja tidak pernah cukup, dan juga merupakan ajang adu bahasa baru, yaitu bahasa latin. Setiap gue bakal ujian anatomi, siapapun yang melintas di depan ruangan gue mungkin berpikir apakah gue sedang mendalami ilmu hitam, masuk ke sekte tertentu, atau sedang terlibat dalam ritual karena mulut nggak bisa berhenti untuk merapalkan bahasa-bahasa latin itu.

Gue sempet kepikiran apa gue sekalian belajar bahasa latin supaya bisa lebih pinter menghapal anatomi -- gue menganggap orang yang menganggap anatomy is pure fun -- not the combination of sleepless night, hardwork, dan gigabytes of brain memory, is an awesome person.



Jadilah, setelah berputar-putar di Summarecon Digital Center, kita akhirnya menemukan Wahana Human Body (setelah gue kira wahananya outdoor namun nyatanya indoor, di dalam mall). Kita disambut dengan patung (atau apa? entah) kepala manusia yang besar dengan mulut menganga yang merupakan entrance dari wahana Human Body. The rules of getting in are quite simple and cheap; kamu hanya merogoh kocek 25 ribu, memakai kaos kaki, dan melepas sepatu sebelum masuk ke wahana.

Meet the entrance -- our very own version of Patung Selamat Datang.


Jika di zoom-in maka akan terlihat lidah sebagai tangga dan
ada lorong setinggi kira-kira 1 meter.

Perjalanan dimulai dengan melewati lorong yang diumpamakan sebagai mulut, lalu di dinding di tempel penjelasan mengenai mulut, lidah, dan gigi geligi. Tidak detail, namun tidak superfisial, tertulis dalam poster bahasa Inggris. Cukup ringan dibaca dan mudah dimengerti, hanya saja penerangannya minim karena 1 lampu sedang mati sehingga harus sipit-sipit supaya bisa memabaca.

Selanjutnya, perjalanan dilanjutkan ke pita suara dan ke saluran pernapasan. Nothing much di bagian pita suara, namun sure thing, bagian paru-paru keren banget.





Bagian paru-paru di desain sedemikian rupa -- dengan arsitektur lantai dibuat seperti tulang iga (costae; ribs) dan di atasnya menggantung paru-paru yang mengembang. Lucu, karena memang seperti asli. Salah satu anggota tubuh yang gue rasa sangat real di wahana ini adalah paru-paru. Dengan penerangan yang remang-remang, poster di dinding ya hanya sekadar hiasan aja karena pasti semua orang yang masuk akan lebih konsentrasi ke 'miniatur' paru-parunya yang elok.

Dari paru-paru, kita beralih ke tetangganya, yaitu jantung. Bisa dibilang, masuk ke wahana anggota gerak jantung ini agak bikin berdebar-debar karena:
1) di dalam ruangan, ada suara degup jantung
2) ruangannya gelap gulita

Ruangan gelap gulita ini rupanya penuh sulur-sulur yang merepresentasikan pembuluh darah, yang sesekali disinari cahaya merah dan biru yang ditempel di sulur-sulur tersebut.

Sulur-sulur pembuluh darah yang disinari cahaya remang-remang

With some flash on, kita mengetahui kemana sulur-sulur
(yang hampir menyelengkat kaki jikalau tidak ditempeli lampu) ini bermuara.

Sebenarnya, khusus jantung, gue berharap wahanya benar-benar seperti jantung -- ada 4 kamar layaknya kamar-kamar jantung, ada katupnya, dan di setiap kamar itu dijelasin mana yang serambi dan mana yang bilik, dan katup apa letaknya dimana. But hey, I only read anatomy books and might not realize how hard to build my expectation. Still, I would applaud this room of heart -- making sulur-sulur pembuluh darah and a big heart sure was not easy.

Setelah mendengar S1 S2 regular, kuat, penuh -- pardon my bahasa -- normal heart sounds, we went to the next room WITH A BIG BRAIN and small little brains. Well, getting on head?

Big brain and some little brains

Duh ingin rasanya aku mengambil tangga lalu mengambil lampu-lampu yang berbentuk otak itu untuk dibawa pulang ke rumah.

Ruangan dihiasi dengan satu otak besar di tengah ruangan dan beberapa lampu berbentuk otak yang super duper lucu. Ternyata, di dalam otak yang berukuran besar di tengah ruangan itu, ada layar kecil yang menjelaskan soal otak, termasuk molekul-molekul kecil seperti neurotransmitter. Walaupun stase syaraf sebelumnya sangat menguras jiwa dan raga gue, I admit our brain is something super amazing and I was quite interested with it -- even setiap lekukan otak memiliki peran dan jika lekukan-lekukan itu hilang niscaya kita bisa mati. Like, seriously, you could die without sulci and gyri.

Beralih ke ruangan setelahnya, kita disambut dengan neuron-neuron (read: sel syaraf) yang saling berdampingan satu sama lain membentuk sinaps. Neurons usually don't make direct contact but they do have some business together and it is provided by synapses -- untuk mengerjakan sesuatu, sel syaraf menghantarkan neurotransmitter dari satu sel ke sel lain melalui sinaps. Prinsipnya seperti lomba yang lari-lari terus operan tabung itu loh.

Neurons -- semakin banyak gandengan sinaps, semakin bagus.
Kalo kamu, makin banyak gandengan, makin gak bagus.
For comparison. All thanks to Google and Euronext for creating this awesome pic!

Ruangan selanjutnya, gue tidak bisa berkata-kata saking indahnya. Sebenernya gue nggak tau apakah penggambaran wahana tersebut relevan dengan keadaan aslinya, tapi seriously, this is the most beautiful room ever -- and the most instagrammable one, maybe?

Our memory room -- well, we were all speechless, yes sure thing.

I wonder if our memories work this way -- this beautiful.

Setelah dibuat terpesona dengan gemerlapnya memori-memori, kita dilempar ke sistem gastrointerstinal yang sepertinya sudah merupakan akhir dari perjalanan. Well, nothing sparkly about gastrointestinal system -- menurut gue gastrointestinal system adalah 'sistem terkotor' yang ada di dala tubuh. So I wonder how would they create gastrointestinal system for fun anatomy.

Penggambaran lambung -- suram, remang, dengan dinding yang dihias dengan relief-relief khas lambung
yang biasa disebut ruggae.

Sekarang kita masuk ke usus -- idk usus yang mana -- apakah duodenum, jejunum, atau ileum,
tapi yang jelas bukan colon. Hm I wonder if the intestine inside-wall really looks like this
(this dirty, this... greenish?) as long as we live. (Because when you die and your corpse end
up as a cadaver in anatomy room, your intestine lumen doesn't look like this)

Dinding usus berwarna hijau dengan lendir-lendir kuning. Well, I wonder...

Setelah melewati dinding dalam usus yang berwarna kehijauan dicapur warna kuning, kita terdampar di usus buntu dan usus besar -- sibuk mencari jalan keluar. Karena gelap, tersesat -- dan memang pemandangannya plain aja, kita tidak berfoto-foto lagi. Setelah sibuk mencari-cari jalan keluar, akhirnya kita melihat secercah cahaya dan keluar melalui anus. Us, being lovely shits...

Kesimpulannya...



Much fun; bagus isinya, gemes, you can learn fun anatomy here, but not that deep, because all information served in such inadequate light. Kebanyakan informasi masih dipampang di papan bukan melalui media elektronik (hanya section brain yang menggunakan media elektronik) -- sehingga bacanya di dalam gelap bikin ketar-ketir juga. Tapi bagus kok, wahana ini mengajarkan kalau kurang lebih, isinya tubuh tuh begini dan memberitahukan fun facts-fun facts tentang organ-organ yang ada. Memotret disini juga harus agak sabar sih karena gelap, tapi I know some spots are good for instagram feeds, seperti di bagian memory dan otak. For Rp 25.000, 00, an anatomy playground in the mall is not such pain for a (co-ass) pocket.

*because co-ass does not have much money*
*because co-ass barely have fun*
*pls stop make co-ass looks pitiful*
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

The post is finished.

But let me have some epilogues.

Jadi gini, sekitar 4 hari belakangan, gue digundahgelisahkan karena ada gambar di blog gue yang disadur oleh website lain -- dan rupanya disadur, disadur, disadur, hingga sampai ke LINE today. Well, what makes me upset the most, artikel yang menjadi tajuk LINE today itu memampang foto surat cinta gue untuk kakak kelas, dimana disana tertera nama gue, kelas gue, dan nomer hp gue -- uncensored. Wah, rasanya campur aduk antara malu (karena cap bibir gue menjadi tontonan nasional) dan juga kesal (karena artikel tersebut nge-cite sumber ke blog yang menyadur gambar gue -- it's copyright matter, of course). Some people told me to make a report, but I did not know how, dan thankfully artikelnya sudah turun tayang di LINE today maupun di website hostingnya, yakni POPBela.

Sejak hari ini, gue mem-ban right click dari blog gue -- but sadly I do not know how to prevent my pictures for appearing on Google (karena walaupun right click langsung dari blog gue bisa di disable, tapi gambar-gambar gue masih tetep accessible dan save-able via google). Sudah baca sedikit tentang robots.txt tapi nggak ngerti-ngerti. If anyone can help me dealing with this, please kindly email me or simply leave a comment on my post or cbox. Thank you for the help!

Love,

Your (co-ass) writer.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar