For best experience in desktop, zoom out the page ([CTRL + -] to 90%)

Jumat, 22 Maret 2019

Demi Apapun, Ini Pukul 1 Pagi




Jam rumahku berdentang 12 kali saat ini, sangat jarang aku mendengarnya berdentang seperti itu karena tak selalu aku terjaga di jam ini seperti saat ini.

Waktu kecil, orang tua suka sekali menasihati kita yang masih kanak, "jangan terjaga melebihi tengah malam". Kata orang-orang tua, yang tak terlihat suka menampakan diri di jam ini. Kata kakekku, Patung Pancoran yang biasa tak bergeming melihat kemacetan di bawah kakinya akan turun dari tahtanya dan pergi buang hajat ke toilet di jam ini. Walau di usiaku kini aku  berkawan dengan malam dan akrab dengan gelap, tapi ternyata omongan mereka tak begitu penuh kebohongan.

Jangan terjaga melebihi tengah malam;
lalu aku berusaha memejamkan mata, menghitung banyaknya pekerjaan yang belum selesai.
Namun sial, tiba-tiba wajahmu ada di sana, karena kau adalah salah satu dari banyaknya pekerjaan yang belum selesai.

Jangan terjaga melebihi tengah malam,
karena karena yang tak terlihat suka menampakan diri di jam ini.
Sialnya, baik yang tidak terlihat dan tidak terasa tiba-tiba nampak setelah beberapa saat hilang.

Berbulan-bulan usahaku menormalkan ketidakhadiran dan memaklumi sebuah perpisahan tanpa kalimat selamat tinggal akhirnya menemukan titik jenuhnya.

Maka malam ini, kuakui saja dosaku dalam senyap;
bahwa mungkin sebuah kehidupan tanpamu tidak akan pernah jadi sesuatu yang wajar,
bahwa perpisahan tanpa kalimat selamat tinggal tidakakan bisa dan tidak perlu untuk dimaafkan,
bahwa selama ini aku hanya berpura-pura tidak kehilangan apa-apa.

Pengakuan dosa kulakukan dalam senyap,
pelan-pelan lewat tulisan,
karena walau penyerahan ini bergemuruh keras dalam diriku, aku tak sanggup membuatnya gegap gempita;
pun merongrong dan meronta pada pemilik rindu aku tak bisa.

Karena centang satu ini tak kan berteman dan jadi dua.
Karena yang terkirim tidak akan pernah terbaca.
Karena sunyi ini tak kan maju menjadi bunyi.

Demi apapun, ini pukul 1 pagi.
Aku harap besok pagi mataku tak terlalu perih dan rinduku sudah terlalu letih.
.
.
.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar